Negara Jepang Dulu

Puri Citra Rungkut Blok G-11

Gunung Anyar, Surabaya 60294

Phone/WA: 0878-7583-8289

Email. [email protected]

Senin - Jumat 09.00-18.30 / Sabtu 09.00-15.00

Lukisan foto karya Kozaburo Tamamura yang berusia lebih dari 1 abad, menggambarkan keindahan Jepang

Lukisan foto karya Kozaburo Tamamura yang berusia lebih dari 1 abad, menggambarkan keindahan Jepang

Sebuah koleksi dari foto lukisan tangan berusia lebih dari 100 tahun menarik perhatian masyarakat Jepang baru –baru ini, dengan keindahan dan originalitasnya. Foto lukisan tangan yang diambil oleh fotografer terkenal, Kozaburo Tamamura pada awal abad ke-20 adalah gambar pertama yang digunakan untuk mempromosikan Jepang kepada dunia.

Beberapa foto menampilkan nuansa keindahan dari kehidupan sehari-hari. Tamamura adalah seorang fotografer pada masa periode Meiji (1868 – 1912) ditugaskan oleh salah satu penerbit dari Amerika Serikat untuk membuat foto-foto tersebut. Pemandangan dan nuansa yang dipilih untuk menarik orang asing ratusan tahun lalu masih memiliki pesona magis yang sama hari ini.

Foto – foto yang usia lebih dari 100 tahun namun budaya unik, sejarah dan keindahan alami Jepang masih menjadikan daya tarik wisatawan asing untuk datang. Meski kemajuan teknologi foto yang ada di abad 21, namun tetap sulit bersaing dalam hal sentuhan personal dari foto lukisan tangan.

Berikut foto – foto karya dari Kozaburo Tamamura:

Jakarta - Deretan potret menarik berikut ini menggambarkan kondisi Jepang, dulu dan sekarang, yang ternyata walaupun jauh berbeda, tetap terlihat tertib. Indonesia bisa?

Jakarta - Deretan potret berikut menggambarkan kondisi Jepang, dulu dan sekarang, yang ternyata walaupun jauh berbeda, ada yang tak berubah. Yaitu tetap terlihat tertib.

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana berkunjung ke Kyiv Ibu Kota Ukraina di tengah situasi negara tersebut sedang perang dengan Rusia. Kejadian ini mengingatkan kejadian mirip-mirip 27 tahun lalu, saat Presiden Soeharto pada Maret 1995 berkunjung ke Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina, yang juga sedang berkonflik panas.

Saat ini Indonesia di bawah Jokowi memang menjadi pemimpin negara-negara G20. Sedangkan saat itu, Indonesia menjadi pemimpin negara Non Blok.

Ihwal kejadian 27 tahun lalu, sebelum kunjungan Soeharto ke Bosnia, sempat ada kabar pesawat yang ditumpangi Utusan Khusus PBB Yasushi Akashi ditembaki saat terbang ke Bosnia. Saat bersamaan Presiden Soeharto dan Presiden Kroasia Franjo Tudjman sedang melakukan pertemuan di Zagreb, 13 Maret 1995.

Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Dari Stasiun Przemysl Glowny, Presiden dan rombongan akan langsung menuju Bandar Udara Internasional Rzeszow-Jasionka, Polandia untuk kemudian melanjutkan lawatannya ke Moskow, Rusia.

Mantan Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan kabar tersebut tak menciutkan nyali Soeharto kala itu.

Selaku Ketua Gerakan Non Blok, Soeharto tetap berkeras untuk menemui Presiden Bosnia Alija Izetbegovic sebagai bentuk dukungan moral. "Saya pamit dulu untuk ke Sarajevo," kata Soeharto kepada Franjo Tudjman seperti ditulis Sjafrie dalam buku Pak Harto The Untold Stories.

Dengan menggunakan pesawat sewaan dari Rusia jewnis JAK-40 berkapasitas 24 kursi, Presiden Soeharto terbang ke Bosnia-Herzegovina. Turut dalam pesawat antara lain Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono, Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung, Kepala BIA Mayjen Syamsir Siregar, Dan Paspampres Mayjen Jasril Jakub, Ajudan Kolonel Sugiono, dan Juru Foto Kepresidenan Serma Saidi.

Sesuai prosedur keselamatan internasional di medan perang, semua penumpang mengenakan helm baja dan rompi yang bisa menahan proyektil M-16, kecuali Soeharto. Dia cuma berkopiah dan menolak mengenakan rompi seberat 12 kilogram. "Eh, Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja. Helmnya nanti masukkan ke Taman Mini (Museum Purna Bhakti) saja," ujar Soeharto.

Menjelang mendarat di Sarajevo, dari jendela pesawat Sjafrie yang kala itu menjabat Komandan Grup A Paspampres melihat senjata 12,7 mm yang biasa digunakan untuk merontokkan pesawat terbang terus mengikuti rombongan.

Lapangan terbang Sarajevo dikuasai dua pihak: Wilayah dari ujung ke ujung landasan milik Serbia yang tentaranya di bawah kendali Jenderal Ratko Mladic, sedangkan sisi kanan-kiri dikuasai Bosnia.

"Pak Harto turun dari pesawat dan berjalan dengan tenang. Kami sebagai pengawalnya pun ikut tenang dan mantap. Presiden saja berani, mengapa kami harus gelisah," tulis Sjafrie.

Soeharto kemudian naik panser VAB yang disediakan PBB. Rombongan melewati sniper valley, lembah yang biasa diisi para penembak jitu dari kedua pihak yang bertikai. Untungnya tidak ada apa-apa selama perjalanan. Soeharto pun bertemu Izetbegovic di istana yang kala itu kondisinya amat memprihatinkan. Selama pertemuan, Sjafrie melaporkan ada tembakan meriam tak jauh dari istana.

Setelah meninggalkan istana, Sjafrie pun bertanya pada Soeharto mengapa nekat mengunjungi Bosnia yang berbahaya. "Kita ini pemimpin Negara Non Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang ya kita datang saja. Kita tengok. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik dan mereka menjadi tambah semangat," kata Soeharto.

Baca selengkapnya di sini.

Saksikan video di bawah ini:

Video: Fakta di Balik Pertemuan Prabowo-Jokowi

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.